Senin, 21 November 2011

Problematika di Kota Metropolitan

Kemacetan lalu lintas, banjir, kasus-kasus kriminalitas serta masih banyak lagi problematika serta realita kehidupan  dapat kita jumpai disini. Ya, Jakarta. Disinilah letak ibukota Indonesia. Tempat di mana banyak orang dari berbagai tempat berkunjung dan mengadu nasib. Bagaimana tidak, Penduduk di Jakarta makin bertambah tiap tahunnya demi mencari materi, soft skill, pekerjaan, hingga kehidupan yang layak. Akibatnya,
terjadi perpadatan penduduk di berbagai tempat, serta  angka pengangguran yang terus meningkat di kalangan aristokrat (pelajar) dan proletariat (rakyat jelata). mainstream yang masih riskan dari masyarakat Indonesia bahwa Jakartalah tempat paling tepat untuk mencari pekerjaan membuat mereka terlena dengannya. Faktanya, berbagai kekurangan dapat  ditemui disini dan menjadikan mereka terperangkap karenanya. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa Jakarta mempunyai banyak kekurangan yang harus di perbaiki, diantaranya adalah kasus pengangguran. Hingga saat ini banyak sarjana mendapat predikat baru setelah lulus yakni sarjana pengangguran, dan inilah yang paling ditakuti oleh para sarjana tersebut setelah lulus kuliah. Kurangnya link juga sarana pekerjaan yang sulit merupakan contoh factor yang membuat mereka pesimis dengan keadaan, apalagi tidak adanya tindak spekulasi terhadap peluang usaha atau bisnis yang memang dapat menjanjikan.
Di samping itu pula, masalah penting lainnya adalah kemacetan lalu lintas. Bukan hanya produktifitas kendaraan yang bertambah, namun juga ada beberapa faktor lain yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi. Direktur Lalulintas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Royke Lumowa mengatakan persoalan bottle neck, pintu pusat perbelanjaan, perempatan, hingga lampu merah menjadi faktor pendukung kemacetan. "Ada berbagai masalah yang terjadi, dan semuanya menjadi titik-titik kemacetan. Tetapi intinya, jalan-jalan di Jakarta ini sudah tidak mampu menampung," ungkap Royke, Jumat (5/8/2011), di Polda Metro Jaya. Royke menerangkan secara umum ada empat penyebab kemacetan di Jakarta. Pertama, daya tampung jalan yang sudah tidak mencukupi. Kedua, sarana transportasi umum yang belum sebanding dengan permintaan perjalanan setiap harinya. Ketiga, adanya hambatan samping mulai dari pintu masuk pusat perbelanjaan dan parkir liar. Terakhir adalah lemahnya disiplin para pengguna jalan dalam berlalu lintas. Meski demikian perlu di cermati lagi bahwa masalah banjir juga termasuk faktor pendukung kemacetan di Jakarta. Banyaknya timbunan sampah di got dan saluran-saluran air membuat proses genangan air terhambat. Hal ini memicu terjadinya peningkatan volume air pada kawasan perumahan maupun perkantoran bahkan jalanan umum yang mengakibatkan kemacetan itu sendiri. Untuk itu, di perlukan perhatian serius dari warga dan pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut.
Beranjak dari masalah banjir dan kemacetan lalu lintas, Jakarta pun terkenal dengan tindak kriminalitas yang sering terjadi dan meresahkan warga. Diantaranya adalah kasus pemerkosaan dan pelecehan sexual di angkutan-angkutan umum, perampokan, hingga kasus pembunuhan yang sering mewarnai serangkaian catatan hitam kriminalitas kota Jakarta. Jumlah kasus pemerkosaan di Jakarta selama Januari hingga September 2011 mencapai 40 kasus. Sebagian besar terjadi di perumahan. Modusnya korban dicekoki minuman keras (Miras). Sementara itu, kasus pelecehan seksual di angkutan umum juga menjadi persoalan yang memakan korban rata-rata dari kaum wanita. Kriminolog Universitas Indonesia Adrianus Meliala mengatakan, kejahatan perkosaan di angkutan umum merupakan kejahatan ekstrem dan jarang terjadi. "Itu kejahatan yang luar biasa ekstrem dan langka. Tidak banyak yang punya keberanian seperti itu," katanya.  Tapi biasanya, lanjut Adrianus, peristiwa pemerkosaan dilakukan secara berkelompok. "Karena bersama mereka jadi timbul keberanian. Makannya mereka bisa melakukan itu," tambahnya.
Dari beberapa contoh pemaparan di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa meskipun Jakarta sebagai pusat pemerintahan yang di dalamnya terdapat banyak pengetahuan, fasilitas, sarana parasarana penunjang dan masih banyak lagi keunggulan di dalamnya, ada ‘PR’ brdar yang masih harus di kerjakan. Oknum pemerintah kini tidak lagi peka terhadap persoalan lingkungan. Tanpa berpikir bahwa masalah ini bersifat representatif dan berdampak pada sistemik, mereka hanya terus mengubah pola manajerialnya saja namun tidak secara menyeluruh. Tentu saja rakyat butuh langkah yang solutif untuk memecahkan masalah yang ada dan menginginkan para penguasa berhenti dari pemahaman kapitalismenya. Mengapa? Karena dengan berasaskan individualistik, kaum kapitalis selalu mengusung jargonnya yakni “tidak ada lawan abadi, dan tidak ada teman abadi. Yang ada hanya kepentingan abadi”. Kepentingan yang hanya mengungtukan perorangan serta segolongan oknum saja sangat berimplikasi pada masyarakat yang mendambakan keadilan. Jika saja tuntutan masyarakah mengenai perubahan tidak secepatnya di gubris pemerintah, maka kemungkinan besar yang akan di tempuh adalah langkah revolusioner guna meruntuhkan sistem kapitalis yang sejatinya telah menggeser sistem sosialis komunis di Indonesia beberapa tahun silam.  Pertanyaanya, jika sistem sosialis komunis dan kapitalis sudah tidak mampu menyelesaikan problematika rakyat, maka sistem seperti apalagi yang akan di usung untuk menjawab pertanyaan tersebut? Tentunya hanya Islam sebagai satu-satunya solusi serta sistem yang bisa menjawab segala problematika yang ada dalam seluruh aspek.[]Achmad Rohani Renhoran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar